Perhatikan gambar berikut ini:
Semar berpengawak Sastra Dentawyanjana
Gambar Semar yang dibuat dengan aksara Jawa ini sangat terkenal. Di dalamnya termuat ke-20 aksara Jawa yang disusun dalam empat baris kalimat. Keempat baris kalimat itu berisi filsafat ha-na-ca-ra-ka yang khas dengan kandungan ilmu kejawen mengenai asal dan tujuan manusia (sangkan-paraning dumadi).
Untuk mempermudah pembacaan keempat baris kalimat itu - sesuai dengan urutan ha-na-ca-ra-ka. Perhatikan tulisan yang diberi warna pada gambar tubuh semar dibawah ini:
ha - na - ca - ra - ka
Aksara Jawa yang yang diberi warna biru berbunyi hananing cipta rasa karsa. Aksara ha dan na terdapat dalam kata hananing, aksara ca terdapat dalam kata cipta, aksara ra terdapat dalam kata rasa, dan aksara ka terdapat dalam kata karsa. Aksara ha mulai dari hidung ke atas membentuk kuncung atau jambul Semar. Aksara na terletak tepat di bawah aksara ha. Kemudian ning (aksara na yang mendapat sandhangan wulu dan cecak), membentuk kepala Semar. Cipta (aksara ca mendapat sandhangan wulu, aksara pa yang diikuti pasangan ta), membentuk tengkuk dan lengan kanan Semar. Karsa (aksara ka mendapat sandhangan layar, sa nglegena/tanpa imbuhan apapun) membentuk bibir dan mulut Semar.
Hananing cipta rasa karsa mengandung makna, bahwa manusia dalam hidup dan kehidupannya sudah dilengkapi secara kodrati dengan daya cipta, rasa, dan karsa untuk mencapai tujuan hidupnya.
Gambar berikutnya adalah:
Hananing cipta rasa karsa mengandung makna, bahwa manusia dalam hidup dan kehidupannya sudah dilengkapi secara kodrati dengan daya cipta, rasa, dan karsa untuk mencapai tujuan hidupnya.
Gambar berikutnya adalah:
da - ta - sa - wa - la
Aksara Jawa yang diberi warna biru berbunyi datan salah wahyaning lampah. Aksara da nglegena tertulis pada dagu Semar. Sedangkan tan salah (aksara ta nglegena, aksara na diikuti pasangan sa, aksara la dirangkai dengan sandhangan wignyan). Aksara ta membentuk leher dan puting susu Semar. Aksara na dan sa membentuk bagian tangan kiri Semar, aksara la diikuti wignyan membentuk bagian jari, telapak tangan, dan siku Semar. Kemudian wah (aksara wa dirangkai dengan sandhangan wignyan). Tidak seperti la yang langsung diikuti wignyan, pada kata wah ini wignyan ditulis di bawah wa, bukan karena ingin menyalahi aturan penulisan, melainkan karena lebih pada fungsi estetik dan sekaligus membentuk bagian pantat Semar. Aksara ya nglegena ditulis secara vertikal membentuk jari-jari kaki Semar. Berikutnya kata ning lampah (na mendapat wulu dan cecak, la nglegena, ma diikuti pasangan pa yang dirangkai dengan wignyan) membentuk kaki Semar. Kaligrafer dengan cerdik menempatkan kata lampah (yang berarti jalan, berjalan) pada kaki Semar.
Datan salah wahyaning lampah, mengandung makna bahwa daya cipta, rasa, dan karsa (pada kalimat pertama tadi) diberikan supaya manusia tidak salah langkah dalam mengarungi kehidupan.
Gambar berikutnya:
Datan salah wahyaning lampah, mengandung makna bahwa daya cipta, rasa, dan karsa (pada kalimat pertama tadi) diberikan supaya manusia tidak salah langkah dalam mengarungi kehidupan.
Gambar berikutnya:
pa - dha - ja - ya - nya
Aksara yang diberi warna biru berbunyi padhang jagadé yèn nyumurupana. Bagian depan aksara pa membentuk bagian bahu kiri Semar, sedangkan bagian belakang pa bersama dhang (aksara dha diberi cecak) menjadi perhiasan bagian pinggang belakang, sekaligus menjadi lengan atas kanan Semar. Kata jagadé, aksara ja terdapat di bagian atas pantat Semar, aksara ga nglegena ditulis secara vertikal dengan bagian depan diperpanjang membentuk lengan bawah kanan Semar, sedangkan bagian aksara ga yang lain menjadi gelang. Disusul dengan aksara da dan pasangan da yang diberi sandhangan taling, membentuk jari-jari dan telapak tangan kanan Semar. Kata-kata yèn nyumurupana membentuk hiasan pada kain yang dikenakan Semar, terdiri dari aksara ya mendapat taling, diikuti aksara na yang dirangkai dengan pasangan nya yang diberi suku, aksara ra diberi suku, pa diikuti pasangan pa, dan terakhir aksara na nglegena.
Padhang jagadé yèn nyumurupana, kalimat ketiga ini baru akan dapat dimaknai setelah dirangkai dengan kalimat keempat. Maka mari kita perhatikan gambar berikutnya:
Padhang jagadé yèn nyumurupana, kalimat ketiga ini baru akan dapat dimaknai setelah dirangkai dengan kalimat keempat. Maka mari kita perhatikan gambar berikutnya:
ma - ga - ba - tha - nga
Aksara yang diberi warna biru berbunyi marang gambaraning bathara ngaton. Aksara-aksara ini dapat dibaca dengan mudah karena susunannya seperti menulis aksara Jawa biasa. Mudah terlihat/terbaca karena sudah ngaton (terlihat).
Sekarang kalimat ketiga dengan kalimat keempat dirangkai, sehingga menjadi padhang jagadé yèn nyumurupana marang gambaraning bathara ngaton. Makna kalimat ini adalah manusia akan selamat apabila mau menyadari kepentingan sesama hidup lainnya (manusia dan alam semesta ciptaan Tuhan).
Filsafat asal dan tujuan manusia (sangkan paraning dumadi) yang menjadi dasar dibuatnya kaligrafi Semar di atas disusun oleh Soenarto Timoer dalam makalahnya “Mengkaji Makna Ha-na-ca-ra-ka, Menguak Hakikat Sangkan Paraning Dumadi” dalam Seminar Nasional
Pengkajian Ha-na-ca-ra-ka pada 15-16 April 1994. Mengenai bahasan tentang filsafat sangkan paraning dumadi lebih mendalam, saya persilakan para pembaca menanyakannya kepada para ahli filsafat Jawa.
Sebagai penutup tulisan ini, perhatikan kaligrafi Semar yang lain. Aksara dan susunannya lebih mudah dibaca. Isi dari kaligrafi berikut adalah tiga ajaran kepemimpinan yang dirumuskan oleh RM Soewardi Soerjaningrat alias Ki Hajar Dewantara:
Sekarang kalimat ketiga dengan kalimat keempat dirangkai, sehingga menjadi padhang jagadé yèn nyumurupana marang gambaraning bathara ngaton. Makna kalimat ini adalah manusia akan selamat apabila mau menyadari kepentingan sesama hidup lainnya (manusia dan alam semesta ciptaan Tuhan).
Filsafat asal dan tujuan manusia (sangkan paraning dumadi) yang menjadi dasar dibuatnya kaligrafi Semar di atas disusun oleh Soenarto Timoer dalam makalahnya “Mengkaji Makna Ha-na-ca-ra-ka, Menguak Hakikat Sangkan Paraning Dumadi” dalam Seminar Nasional
Pengkajian Ha-na-ca-ra-ka pada 15-16 April 1994. Mengenai bahasan tentang filsafat sangkan paraning dumadi lebih mendalam, saya persilakan para pembaca menanyakannya kepada para ahli filsafat Jawa.
Sebagai penutup tulisan ini, perhatikan kaligrafi Semar yang lain. Aksara dan susunannya lebih mudah dibaca. Isi dari kaligrafi berikut adalah tiga ajaran kepemimpinan yang dirumuskan oleh RM Soewardi Soerjaningrat alias Ki Hajar Dewantara:
Album kegiatan BLAZERIAN SEMAR MESEM
tag :
OBJEK WISATA MANCA NEGARA
===============================



Tidak ada komentar :
Posting Komentar